Selasa, 21 Juli 2009

ENDOMETRIOSIS

DEFINISI:

Ditemukan jaringan ektopik (diluar permukaan dalam uterus) yang mempunyai susunan histologis dan fungsi endometrium dipengaruhi oleh hormon ovarium.

LOKASI YANG SERING:

- Ovarium

- Parametrium (rotundum, sakrouterina, latum)

- Septum rektovaginal

- Peritoneum pelvis

ETIOLOGI:

1. Latrogenik

2. Imunologi

3. Genetik

4. Regurgitasi Sampson

5. Metaplasia Meyer

6. Genitoblas De Snoo

7. Penyebaran limfogen (Halban)

8. Penyebaran hematogen

GEJALA DAN TANDA:

1. Dismenorea

2. Dispareunia

3. Infertilitas

4. Nyeri waktu defekasi

5. Gangguan pola haid

6. Nyeri suprapubik/ disuria/ hematuria

STADIUM:

* Minimal ringan = AFS I-II, EEC I-II

* Sedang berat = AFS III-I ,EEC III

DIAGNOSIS:

1. Gejala dan tanda

2. Pemeriksaan fisik ginekologik (bimanual)

3. Laparoskopi

4. Laparotomi

MIKROSKOPIK:

1. Kelenjar endometrium (proliferasi)

2. Stroma endometrium

3. Makrofag / hemosiderin

4. Perdarahan lama/ baru

5. Sel radang/ jaringan fibrosis

PENGOBATAN:

1. Hormonal

- Pil kontrasepsi

- MPA

- Androgen

- GnRH Analog

2. Bedah

- Konservatif

- HTSOB

- Laser

Sabtu, 18 Juli 2009

ATRESIA BILIER

Etiologi:
  • Hypotesa Infeksi: virus Reo 3.
  • Hypotesa genetika: dihubungkan dengan trisomi 17, 18, 21.
  • Adanya defek pada proses kanalisasi saluran empedu dan kelainan pasokan darah.
  • Hypotesis Metabolik: Pengaruh toxic dari monohydroxy bile acid pada saluran empedu.
  • Anomali anatomik: Faktor kelainan bentuk anatomi duktus koledokus.


Jenis Atresia Bilier:

  • Atresia duktus koledokus yang disertai kista di daerah porta yang berisi empedu.
  • Atresia duktus koledokus dengan patensi saluran ke kanan dan kiri.
  • Atresia seluruh sistem saluran extrahepatik.

Diagnosis:

  • Prolonged jaundice
  • Pria : wanita 1,0 : 1,4
  • Feses warna putih dempul
  • Hepar membesar
  • Lien tak teraba

Diagnosis Banding:

  • Conjugated hyperbilirubinemia
  • Syndroma hepatitis neonatal
  • Syndroma defisiensi alfa 1 antitripsin
  • Fibrosis kistik

Pemeriksaan Diagnostik yang Dilakukan:

  • Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP).
  • Ampula Vater.
  • Pemeriksaan fungsi hati.
  • Pemeriksaan Ultrasonografi.
  • Scanning ekskresi hepatobilier.
  • Ekskresi empedu dapat diukur dengan aspirasi duodenum.
  • Pemeriksaan langsung ekskresi empedu dengan endoskopi.
  • Biopsi hati perkutaneus.

Jumat, 17 Juli 2009

ELEKTROKARDIOGRAM

Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.

Kertas Perekam EKG:
  • Sebuah elektrokardiograf khusus berjalan di atas kertas dengan kecepatan 25 mm/s.
  • Setiap kotak kecil kertas EKG berukuran 1 mm2.
  • Dengan kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil kertas EKG sama dengan 0,04 s.
  • 5 kotak kecil menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s.
  • Karena itu ada 5 kotak besar /menit.
  • 12 sedapan EKG berkualitas diagnostik dekalibrasikan sebesar 10 mm/mV.
  • Sinyal kalibrasi harus dimasukkan dalam tiap rekaman.
  • Sinyal standar 1 mV harus menggerakkan jarum 1 cm secara vertikal, yakni 2 kotak besar di kertas EKG.
Gelombang dan Interval:
  • Sebuah EKG yang khas melacak detak jantung normal (atau siklus jantung) terdiri atas 1 gelombang P, 1 kompleks QRS dan 1 gelombang T.
  • Sebuah gelombang U kecil normalnya terlihat pada 50-70% di EKG.
Analisis Irama Jantung:

Gelombang P
  • Selama depolarisasi atrium normal, vektor listrik utama diarahkan dari nodus SA ke nodus AV, dan menyebar dati atrium kanan ke atrium kiri.
  • Vektor ini berubah ke gelombang P di EKG
  • Hubungan antara gelombang P dan kompleks QRS membantu membedakan sejumlah aritmia jantung.
  • Bentuk dan durasi gelombang P dapat menandakan pembesaran atrium.
Interval PR
  • Interval PR diukur dari awal gelombang P ke awal kompleks QRS, yang biasanya panjangnya 120-200 ms.
  • Pada pencatatan EKG, ini berhubungan dengan 3-5 kotak kecil.
  • Interval PR lebih dari 200 ms dapat menandakan blok jantung tingkat pertama.
  • Interval PR yang bervariasi dapat menandakan jenis lain blok jantung.
  • Depresi segmen PR dapat menandakan lesi atrium atau perikarditis.
  • Morfologi gelombang P dapat bervariasi, pada sedapan EKG tunggal dapat menandakan irama pacemaker ektopik seperti pacemaker yang menyimpang maupun takikardi atrium multifokus.
Kompleks QRS
  • Kompleks QRS adalah struktur EKG yang berhubungan dengan depolarisasi ventrikel.
  • Karena ventrikel mengandung lebih banyak massa otot dari pada atrium, maka kompleks QRS lebih besar dari pada gelombang P.
  • Di samping itu, karena sistem His/Purkinye mengkoordinasikan depolarisasi ventrikel, kompleks QRS cenderung memandang tegak dari pada membundar karena pertambahan kecapatan konduksi.
  • Kompleks QRS yang normal berdurasi 0,06-0,10 s yang ditunjukkan dengan 3 kotak kecil atau kurang, namun setiap ketidaknormalan konduksi bisa lebih panjang, dan menyebabkan perluasan kompleks QRS.
  • Tidak setiap kompleks QRS memuat gelombang Q, gelombang R dan gelombang S.
  • Menurut aturan, setiap kombinasi gelombang-gelombang itu dapat disebut sebagai kompleks QRS.
  • Beberapa penulis menggunakan huruf kecil dan besar, bergantung pada ukuran relatif setiap gelombang.
  • Sebagai contoh, sebuah kompleks Rs akan menunjukkan defleksi positif, sedangkan kompleks rS akan menunjukkan defleksi negatif.
  • Durasi, amplitudo, dan morfologi kompleks QRS berguna untuk mendiagnosis aritmia jantung, abnormalitas konduksi, hipertrofi ventrikel, infark otot jantung, gangguan elektrolit dan keadaan sakit lainnya.
  • Gelombang Q bisa normal (fisiologis) atau patologis.
  • Gelombang Q lebih besar dari pada 1/3 tinggi gelombang R, berdurasi > 0,04 s, atau di sadapan prekordial kanan dianggap tidak normal, dan mungkin menggambarkan infark miokardium.
Segmen ST
  • Segmen ST menghubungkan kompleks QRS dan gelombang T serta berdurasi 0,08-0,12 s.
  • Segmen ini bermula di titik J (persimpangan antara kompleks QRS dan segmen ST) dan berakhir di awal gelombang T.
  • Segmen ST normal sedikit cekung ke atas.
  • Segmen ST yang datar, sedikit landai, atau menurun dapat menandakan iskemia koroner.
  • Elevasi segmen ST bisa menandakan infark otot jantung.
  • Elevasi > 1 mm dan lebih panjang dari 80 ms menyusul titik J.
  • Tingkat ukuran ini bisa positif palsu sekitar 15-20% (yang sedikit lebih tinggi pada wanita dari pada pria) dan negatif palsu sebesar 20-30%.
Gelombang T
  • Gelombang T menggambarkan repolarisasi (atau kembalinya) ventrikel.
  • Interval dari awal kompleks QRS ke puncak gelombang T disebut sebagai periode refraksi absolut.
  • Separuh terakhir gelombang T disebut sebagai periode refraksi relatif.
  • Gelombang T terbalik bisa menjadi iskemia koroner, hipertrofi ventrikel kiri atau gangguan SSP.
  • Gelombang T yang tinggi atau bertenda bisa menandakan hiperkalemia.
  • Gelombang T yang datar dapat menandakan iskemia koroner atau hipokalemia.
Interval QT
  • Interval QT diukur dari awal kompleks QRS ke akhir gelombang T.
  • Interval QT yang normal biasanya sekitar 0,40 s.
  • Interval QT di samping yang terkoreksi penting dalam diagnosis sindrom QT panjang dan sindrom QT pendek.
  • Interval QT beragam berdasarkan pada denyut jantung.
Gelombang U
  • Gelombang U tak selalu terlihat.
  • Gelombang ini khasnya kecil, dan menurut definisi mengikuti gelombang T.
  • Gelombang U diperkirakan menggambarkan repolarisasi otot papilaris atau serabut Purkinye.
  • Gelombang U yang menonjol sering terlihat di hipokalemia, hiperkalsemia, tirotoksikosis, atau pajanan terhadap digitalis, epinefrin, dan antiaritmia.
  • Sebuah gelombang U yang terbalik dapat menggambarkan iskemia otot jantung atau kelebihan muatan volume di ventrikel kiri.

EKG merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung.